Qalbu, Ruh, Akal dan Nafs


Pengertian
Ruh, Qalb, Aql dan Nafs
Menurut al-Ghazali istilah Ruh, Qalb, Aql dan Nafs
sama-sama mempunyai dua makna. Kata qalb
bermakna hati dalam bentuk fisik maupun hati
dalam bentuk non fisik. hati dalam bentuk fisik
adalah bagian tubuh manusia yang sangat penting
karena penjadi pusat aliran darah ke seluruh
tubuh. darah ini pula yang membawa kehidupan.
oleh karena itu nabi saw bersabda:
ﺍﻵ ﺍﻥ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﺑﻠﻐﺔ ﺍﺫﺍ ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺤﺖ ﺟﺴﺪ ﻛﻠﻪ ﻭﺍﺫﺍ ﻓﺴﺪﺕ ﻓﺴﺪﺕ ﺟﺴﺪ ﻛﻠﻪ
ﺍﻵ ﻭﻫﻰ ﺍﻟﻘﻠﺐ .
”Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat
segumpal daging. jika gumpalan daging itu bagus
maka akan baguslah seluruh anggota tubuh. jika
gumpalan daging itu rusak maka akan rusak pula
seluruh anggota tubuh. ketahuilah, gumpalan
daging itu adalah jantung (Qalb).”
Berdasarkan hadits ini sebenarnya tidak tepat
kalau Qalb itu diartikan dengan hati, tetapi yang
tepat adalah jantung. Lalu muncul hati yang bisa
sedih, suka menangis, atau suka tersinggung.
Berikutnya dijelaskan bahwa hati kita inilah yang
menentukank seluruh kepribadian kita. kalau hati
kita bersih, akan bersihlah seluruh akhlak kita.
Yang ini bukan hati dalam pengertian fisik, akan
tetapi hati dalam pengertian ruhani. Oleh karena
itu Kata Al-Ghazali, ada makna hati yang kedua:
Lathifah rabbaniyah ruhaniyyah. (sesuatu yang
lembut yang berasal dari tuhan dan bersifat
ruhaniyah), lathifah itulah yang membuat kita
mengetahui atau merasakan sesuatu. kata al-
Qur’an, hati itu mengetahui merasakan, juga
memahami. jadi hati adalah suatu bagian
ruhaniyah yang kerjanya memahami sesuatu itulah
Qalb.
Menurut para sufi hati juga merupakan bagian
dari diri kita yang dapat menyingkap ilmu-ilmu
ghaib, ada riwayat yang menyebutkan bahwa kita
mempunyai dua pasang mata: yaitu mata lahir
dan mata bathin, jadi hati adalah lathifah yang
mempunyai mata untuk bisa melihat atau
menembus hal-hal yang ghaib. Dengan hati juga
kita dapat melihat tuhan, kata imam Al Ghazali,
hati itu hati dapat membawa kita kepada ilmu
mukasyafah yakni ilmu yang menyingkapkan hal-
hal Gha’ib.
Hal itu erat kaitannya dengan ruh. Ruh juga
mempunyai dua arti. ada ruh yang berkaitan
dengan tubuh yang erat kaitannya dengan jantung
ini, yang beredar bersama peredaran darah. Kalau
darah sudah tidak beredar lagi dan jantung kita
sudah berhenti ruh itupun tidak ada. Itulah ruh
dalam bentuk jasmania yang terikat dengan jasad.
Selain itu juga ada ruh dalam arti yang kedua yang
ajaibnya definisinya sama dengan hati, yaitu
lathifah Rubbaniyah Ruhaniyan Wal hasil secara
abstrak atau maknawi ruh sama dengan hati. Ruh
itulah yang merasakan penderitaan atau
kebahagiaan. Orang barat mungkin menyebutnya
mind, kita menyebutnya jiwa.
Selanjutnya adalah persoalan hati. Menurut Al-
Ghazali yang menjadi perhatian kita bukanlah hati
fisik, biarlah itu menjadi urusan dokter saja, yang
menjadi urusan kita adalah lathifah rabbaniyah
ruhaniyah adalah suatu yang sangat lembut.
Tuhan juga disebut dengan Al -latif (yang maha
lembut). lahtifah berarti juga lutf yang artinya
anugrah. Jadi Al latif berarti dzat yang memberi
anugrah.
Berikutnya adalah Akal. Ia juga memiliki dua
nama. ada akal sebagai ilmu tentang sesuatu
sehingga orang yang berakal adalah orang yang
mengetahui ilmu tentang sesuatu, dalam makna
ini, akal sama dengan ilmu. selain itu akal juga
berarti sesuatu di dalam diri kita menjadi yang
menjadi alat untuk memperoleh ilmu. jadi akal
bisa disebut sebagai ilmu itu sendiri, dan bisa juga
sebagai alat untuk memperoleh ilmu. hal itu
berarti sama artinya dengan hati, latifah
rubbaniyah ruhaniyah mudrikah alimah arifah.
jadi bagian dari kita untuk mengetahui sesuatu
disebut akal.
Alhasil ternyata tidak ada perbedaan antara ruh,
hati dan akal. ketiganya sama-sama merupakan
sesuatu yang merasakan kepedihan atau
kebahagiaan yang tidak berkaiatan dengan
jasmani. Orang dapat merasakan pedih tampa
mengalami gangguan fisik, sedikitpun. tubuhnya
normal tetapi mengalami kepedihan yang luar
biasa. Dalam penelitian modern disebutkan bahwa
yang merasalan sakit di tubuh kita sebetulnya
bukan tubuh, akan tetapi ruh. Dalam dunia yang
tidak modern juga, orang orang mengetahui bahwa
kalau seseorang tidak mempunyai ruh, ia tidak
akan merasakan sakit apapun, meski tubuhnya di
kerat-kerat. Hal ini membuktikan bahwa yang
merasakan sakit bukan tubuh kita, tetapi ruh kita
atau qalb atau akal-dalam definisi lathif sesuatu
yang merasakan kepedihan atau kebahagiaan yang
tidak berkaitan dengan jasmani. Orang bisa
merasa sangat pedih tampa mengalami gangguan
fisik sedikitpun. Tubuhnya normal tetapi ia
mengalami kepedihan yng luar biasa. Dalam
penelitian modern disebutkan bahwa yang
merasakan adalah lathifah rabbaniyah ruhiyyah.
Orang-orang modern mencoba membuktikan hal
ini dengan hipnotis. Misalnya seseorang
menghipnotis anda dan menyuruh anda tidur.
Kemudian ia memberikan posthypnotic suggestion
(sugesti pasca hipnotis) kepada anda, sehingga
ketika bangun dari tidur, anda tidak merasakan
apa-apa meskipun tubuh anda dikerat-kerat.
meskipun anda sadar, anda tidak merasakan sakit
sedikitpun, sebab ruh anda sudah diperintahkan
untuk tidak merasakan sakit. Jadi yang merasakan
sakit itu bukan tubuh kita, tetapi ruh. Yang
mendengar, melihat dan merasa sakit adalah ruh.
Jika ruhanda tidak mau merasakan, anda pun
tidak akan merasakannya, kalau anda dikejar ular,
lalu anda lari dengan cepat sehinggga menginjak
pecahan-pecahan kaca, anda tidak akan
merasakan sakit setelah anda selamat yakni ketika
anda sudah tidak memperhatikan ular lagi,
barulah ruh anda akan memperhatikan kaki anda.
Semula tidak merasa, kini terasa sakit. Sebab, saat
itu ruh sedang memperhatikan pecahan-pecahan
kaca bukan ular lagi. Kata Imanuel Kant kalau
seseorang mendengar jam, yang mendengar itu
bukan telinganya. Telinganya hanya alat saja.
Yang mendengar adalah ruh. Ketika sepasang
manusia sedang berpacaran, detak jam dinding itu
tidak terdengar lagi, begitu pacaran selesai dan
mereka merenung sendirian, detak jam itu mulai
terdengar oleh mereka.
Berikutnya adalah Nafs, di kalangan ulama, nafs
itu bermakna dua. Pertama, nafs dalam arti jelek
yakni al-hawa yang di dalamn bahasa Indonesia
sering digabungkan menjadi satu, yakni hawa
nafsu tugas kita adalah membersihkan hati kita
dari nafsu. Hati yang bersih dari nafsu oleh Al-
Qur’an disebut dengan qalbun salim, tidak akan
digangu setan. Kalau kita salat lalu kita datang
kepadanya dengan hati yang dipenuhi oleh
makanan setan, dzikir yang kita ucapkan tidak
akan dapat mengusir setan, setan akan tetap
bertengger di sekitar kita. Begitu kita lengah, ia
akan masuk dan bersarang di hati kita memakan
makanannya, yang di antaranya adalah al-hawa
tersebut.
Diceritakan bahwa sesuatu ketika setan datang
kepada Ibn Al AHjjaj dan berkata, ia tidak
menemukan makananya di dalam diri orang-orang
salih. Ia kekurangan makanan karena orang
mukmin yang slaih itu menghancurkan hawa
nafsunya.
Kedua, nafs yang berarti manusia secara
keseluruhan. Hakikat diri kita itu adalah nafs kita,
ego atau diri kita. Dalam Al-qur’an, pengertian
nafs bermacam-macam. Paling tidak ada tiga: (1)
nafs ammarah, (2) nafs lawwamah, dan (3) nafs
muthma’innah.
Ammarah berasal dari kata amara. Dalam surat
yusuf disebutkan:
“Sesungguhnya nafsu itu menyuruh (ammaratun )
berbuat jelek’ (12: 53)
Ammarah artinya yang memerintahkan yang
mendesahkan, atau yang mengajak. Nafsu ini
merupakan nafsu dalam tingkatan yang paling
rendah, nafsu yang masiih suka menyuruh orang
mengikuti hawa nafsunya yang tunduk kepada
ghadab dan syahwat serta sifat-sifat
kebinatanganya.
Nafsu yang kebih tinggi adalah nafsu lawwamah.
Jika seseorang mengetahui dirinya selalu
mengikuti nafsunya, lalu ia menyesali dan
mengadili dosa-dosanya, itulah yang disebut nafsu
lawwamah Allah bersumpah dengan macam
pengadilan:
“Aku bersumpah dengan hari kiamat dan aku
bersumpah dengan nafsu lawamah”, (75: 1-2).
Kata Murthadha Muttahhari, ada tiga macam
pengadilan, berurutan dari yang paling tidak adil
hingga yang paling adil. Pengadilan yang paling
tidak adil adalah pengadilan di dunia. Mungkin
pengadilan di dunia ini merupakan pengadilan
yang paling banyak tidak adilnya. Sebab di sini
keadilan diukur dengan seberapa kuat atau
lemahnya seseorang. Lalu ada pengadilan yang
agak adil, yakni pengadilan hati nurani, yang
disebut nafsu lawwamah. Diri kita menjadi hakim
yang mengadili, yang membuat kita gelisah. Di situ
tidak bisa lagi berbohong. Akan tetapi nafsu
Lawwamah ini hanya bisa mengecam saja. Ia tidak
bisa menjatuhkan hukuman kepada seseorang
yang bersangkutan. Oleh karena itu, ada
pengadilan yang paling adil, yaitu pengadilan hari
kiamat. Di situ orang tidak bisa bersdusta dan
tidak bisa menghindar lagi. Di situ juga akan
ditetapkan hukuman yang seadil adilnya. Tidak
ada satupun orang yang luput dari pengadilan
tuhan. Itulah pertama kali Allah bersumpah
dengan hari kiamat.
Yang terakhir, yakni diri yang paling tinggi adalah
diri sesudah tunduk kepada kehendak Allah, yang
sudah meninggakan hawa nafsunya. Diri itulah
yang kelak ketika kembali kepada tuhan hanya
akan disapa dengan penuh kemesraan:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kamu
kepada tuhanmu dengan perasaan rela dan
direlakan ( 89: 27-28)
Nafsu muthmainnah adalah orang yang datang
kepada Allah dengan hati yang bersih.
F. Hadist -hadits tentang Hati
Qalb mempunyai dua makna: Qalb dalam bentuk
fisik dan qalb dalam bentuk ruh. Dalam arti fisik,
Qalb dapat kita terjemahkan sebagai “jantung”.
Dalam hubungan inilah Nabi Saw. bersabda, “Di
antara tubuh itu ada mudghah, ada suatu daging;
yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh
dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh
itu. Ketahuilah mudghah itu adalah qalb.”
Orang sering menerjemahakan qalb disini sebagai
“hati”, sehingga mereka berkata, “Kalau hati kita
ini bersih maka seluruh tubuh kita bersih.”
Padahal sebenarnya yang dimaksud disini adalah
hati dalam bentuk jasmani. Karena Nabi Saw.
menyebutnya segumpal daging.
Ada seorang penulis Mesir yang menulis sebuah
buku tentang kedokteran islam. Dia merujuk hadis
ini untuk menunjukan peran jantung dalam
seluruh mekanisme tubuh kita. Bagaimana kalau
tubuh kita mengalami gangguan? Apakah yang
akan segera terjadi pada bagian tubuh yang lain.
Dan bagaimana pula kalau jantung kita ini baik,
maka apakah yang akan terjadi pada seluruh
bagian tubuh ini?
Itulah yang dimaksud oleh Rasululah bahwa di
dalam tubuh kita ada segumpal daging yang
apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh
tubuh dan apabila rusak maka rusaklah seluruh
tubuh. Dan segumpal daging itu adalah al-qalb,
jantung dalam bentuk fisik.
Ada juga qalb dalam arti kekuatan ruhaniah yang
mampu melakukan peng-idrak-an. Idrak adalah
memahami, mempersepsi dan mencerapi.
Misalnya perasaan sedih dan gembira.yang
berpikir dan yang merenungkan itu kekuatan
batin yang disebut qalb. Dan ini dalam bahasa
indonesia disebut hati. Sehingga kalau ada
sebutan, “Hatinya hancur,” maka yang dimaksud
bukan jantungnya hancur tetapi ada bagian jiwa
orang itu yang hancur.
Ketika Nabi mengatakan, ”Ada segumpal daging
dalam tubuh,” Nabi juga melambangkan peran hati
dalam kesehatan jiwa. Sebagaimana jantung
memegang peranan penting dalam kesehatan tubu,
maka begitu pula hati. Ia memegang peranan amat
penting dalam kesehatan ruhani kita. Kalau hati
kita rusak, maka seluruh ruhani kita rusak; dan
kalau hati kita baik, seluruh ruhani kita baik.
Banyak hadits nabi yang membicarakan qalb ini.
Di antaranya, Rasulullah Saw. mengatakan bahwa
“Qalb ini karena sifat berubah-ubahnya bagaikan
selembar bulu dipadang pasir yang bergantung
pada akar pepohonan kemudian dibolak-balik oleh
angin dari atas kebawah “
Ketika Rasulullah menggambarkan hati itu seperti
selembar bulu yang tergantung di atas pohon yang
ditiup angin, beliau mengingatkan kita agar
berhati-hati menghadapi perubahan itu. Karena
itu, ada do’a yang diajarkan Nabi untuk
mengokohkan hati, yaitu “Teguhkanlah hatiku
dalam agama-mu”.
Dalam pertanggung jawaban yang berkaitan
dengan amal manusia, Allah menghukum bukan
hanya amal lahiriyah dalam bentuk perbuatan
yang jelek tetapi juga niat yang jelek yang
tersembunyi dalam hati. Al-Qur’an mengatakan:
Allah mennghukum kamu dengan apa yang
dilakukan oleh hati kamu (QS 2:225).
Dalam ayat lain disebutkan
“Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak
kamu ketahui, sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati kamu akan dimintai
pertanggungjawaban (17:36)
Jadi, jangan mengira kalau kita punya niat yang
jelek itu tidak dimintai pertanggungjawaban. Itu
juga dihukum.
“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah
mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan
segala yang mereka nyatakan”. ( 2:27)
Jadi, termasuk niat yang ada dalam hati pun akan
di hitung Allah Swt Oleh karena itu, berhati-
hatilah dengan niat itu.
Dalam suatu perjalanan yang panjang dengan
udara yang panas, para sahabat kelelahan. Waktu
itu Rasulullah mengatakan, “Ada orang yang
tinggal di Madinah dan tidak ikut berangkat
dengan kita tetapi ia mendapatkan ganjaran
seperti ganjaran amal yang sedang kita
laksanakan”. Ketika para sahabat
bertanya,:”Mengapa?” Rasulullah menjawab,
“Karena dia telah berniat pergi bersama kita,
tetapi karena uzur yang tidak dapat ditolak, dia
tidak bisa berangkat bersama kita, dan Allah
membalas mereka semua dengan niatnya.”
Bila ada laki-laki menikah dengan mahar yang
tidak dibayar kontan, sedangkan ia berniat dalam
hati untuk tidak membayarnya, maka Allah
menghitung laki-laki tersebut berzina. Kalau ada
orang meminjam uang kemudian dalam hatinya
ada niat tidak mau membayar, Allah
menghitungnya sebagai pencuri. Dari sini Allah
menghukum seseorang berdasarkan niat yang
bergetar didalam hati, karena niat itu letaknya di
dalam hati.
Marilah kita melihat apa peranan hati didalam
ruhani kita menurut beberapa riwayat : Rasulullah
Saw. bersabda : “Hati itu bagaikan raja, dan hati
itu memiliki bala tentara. Apabila raja itu baik,
maka baiklah seluruh bala tentaranya, dan kalau
hati itu rusak, maka rusaklah seluruh bala
tentaranya”.
Imam Ja’far Ash-shadiq juga mengatakan,
“Sesungguhnya posisi qalb sama seperti pemimpin
ditengah-tengah manusia.” Dalam hadits lain
disebutkan, “Sesungguhnya Allah punya wadah
dibumi dan wadah itu adalah hati. Maka
sesungguhnya hati yang dicintai oleh Allah adalah
hati yang lembut, yang bersih dan yang kokoh.”
Kemudian Nabi melanjutkan, “Yang paling lembut
adalah yang lembut terhadap sesama saudaranya,
dan yang bersih adalah yang bersih darri dosa-
dosa, sedangkan yang kokoh adalah keteguhan
seseorang dalam membela agama Allah sedang dia
tidak takuk celaan orang yang mencelanya”
Dalam riwayat lain, nabi SAW bersabda, “Allah
tidak melihat tubuh tubuh kamu, Allah tidak
melihat harta- harta kamu tetapi Allah melihat hati
dan amal amal kamu.” Disebutkan dalam hadits
yang lain, “Hati ada tiga macam. Pertama, hati
yang terbalik, yaitu hati yang tidak bisa
menampung kebaikan sedikitpun dan itu adalah
hati orang kafir.
Kedua, hati yang di dalamnya ada titik hitam,
yang di dalamnya bertarung antara kebaikan dan
kejahatan. kalau salah satu kuat, maka yang kuat
itulah yang menang.
Ketiga hati yang terbuka yang di dalamnya ada
lamppu yang bersinar sinar sampai hari kiamat.
itu hati orang mukmin. Kami jadikan baginya
cahaya, yang dengan cahaya itu dia berjalan di
tengah tengah ummat manusia ( 6:122).”
Imam Ali mengatakan: “Hati yang paling baik
adalah hati yang paling bisa menyimpan
kebaikan.”
1. Perubahan hati
Qolb adalah masdar dari qalaba, artinya
membalikan, mengubah, mengganti. Kata kerja
intransitif dari qalaba adalah taqallaba, artinya
bolak-balik, berganti-ganti, berubah-
rubah.”Summiya al-qalb li taqallubih” ‘disebut
qalb karena berubah-rubahnya.’ Imam ja’far Ash-
Shadiq menyebutkan hati itu ada empat.
a. Hati yang tinggi
Tingginya hati ini ketika zikir kepada Allah Swt.
Kalau orang senantiasa berzikir kepada Allah
hatinya akan naik ke tempat yang tinggi.
b. Hati yang terbuka
Hati ini diperoleh apabila kita ridha kepeda Allah
Swt. Ketiga, hati yang rendah, terjadi ketika kita
disibukkan oleh hal-hal yang selain Allah.
c. Hati yang mati atau hati yang berhenti
Hati ini terjadi ketika seseorang melupakan Allah
Swt. sama sekali. Oleh karena itu, untuk menjaga
agar hati kita selalu hidup, maka ingatlah kepada
Allah Swt. Dalam salah satu hadis dikatakan,
“Kalau hati tidak diisi dengan zikir, maka ia
bagaikan bangkai.”
Dalam surat Asy-Syu’ara ayat 87-89 dan Ash-shffat
ayat 83-84 di sebutkan hati yang selamat, bersih
atau suci qalbun salim. Allah berfirman:
"Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari
mereka di bangkitkan.(yaitu)di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna.Kecuali orang-
orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih (QS26:87-89).
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk
golongan (Nuh).(ingatlah)ketika ia datang kepada
Tuhannya dengan hati yang suci." (37:83-84).
Nabi pernah ditanya tentang apa yang dimaksud
qalbun salim ini, kemudian Nabi menjawab, “Itu
keyakinan agama yang tidak dicampuri dengan
keragu-raguan hawa nafsu.” Mungkin sulit untuk
dapat menggambarkan keyakinan itu.Tetapi,ada
penelitian yang pernah saya ceritakan dalam buku
Islam Alternatif yaitu penelitian Gordon W.
Allport. Seperti Anda ketahui, di situ disebutkan
ada dua macam cara beragama yaitu intrinsik dan
ektrinsik. Mula-mula Alport mengadakan
penelitian tentang hubungan orang yang beragama
dengan kesehatan jiwanya. Ada anggapan makin
beragama orang itu makin sehat jiwanya.yang.
Menurut Alport, harus di tentukan dulu adalah
tipe orang beragama itu. Kalau beragama itu
diukur dengan beberapa banyak datang ke masjid
atau ke gereja, keberagamaan tidak menjamin
kesehatan jiwa.
Karena sering sekali orang datang ke gereja, dalam
penelitian Alport, bukan karena keyakinan tetapi
karena hawa nafsu. Mungkin seseorang datang ke
gereja ingin memperoleh pasangan, ingin
mendapat pengakuan sosial, atau menjalin relasi
bisnis.
Agama seringkali dipakai sebagai tempat
pelarian.orang lari kepada agama untuk
memperkokoh harga dirinya, ada yang karena
frustrasi akibat pergumulan hidup. Ia menemukan
satu aliran agama yang menawarkan apa yang di
carinya. Itu keberagamaan ektrinsik. Bagaimana
beragama yang intrinsik. Rosululloh Saw.
Menyebutkannya, “Keyakinan yang di masuki
hawa nafsu.” Beliau bersabda, “qalb yang selamat
adalah keyakinan yang tidak dimasuki keraguan
dan hawa nafsu.” Di sini orang yang beramal
tanpa berkeinginan untuk pamer dan ingin dipuji.
Allah Swt.berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram (13:28).
Dalam ayat itu disebutkan bahwa cara memperoleh
ketenteraman hati adalah dengan berzikir kepada
Allah, tetapi tidak semua zikir itu menenteramkan
hati. Karena itu, syarat zikir yang dapat
menenteramkan hati adalah zikir orang yang
beriman. Orang yang tidak beriman tidak bisa
tenteram dengan zikir. Sebaliknya, orang yang
beriman tidak akan tenteram hatinya kecuali
dengan zikir kepada Allah.
Karena itu, kalau anda beriman jangan mencari
ketenteraman pada kekayaan, kemasyhuran, atau
hal-hal duniawi lainnya. Tetapi ketenteraman itu
hanya di peroleh dengan zikir kepada Allah.
Ketenteraman ada kaitannya dengan keimanan
seperti dijelaskan dalam surat Al-Fath ayat 4:;
“Dialah yang telah menurunkan ketenteraman ke
dalam hati orang-orang Mukmin supaya keimanan
mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada)…" ( 48:4).
Allah menurunkan ketenteraman kepada hati
orang yang beriman. Ketenteraman hati itu
tampak dari gejala fisik mereka. Ada orang yang
bertingkahlaku qurani dan ada pula manusia yang
bertingkah laku syaithani. Orang yang tenteram
menunjukan perilaku qurani.
Di Iran sesudah revolusi, ada banyak ulama yang
mati ketika menyampaikan khutbah. Orang yang
mati itu dinamakan syahid mimbar. Pada suatu
waktu ketika khatib menyampaikan khutbah di
sekitar mimbar meledak sebuah bom. Beberapa
orang terpental. Kebetulan khutbah itu direkam
dalam televisi, sehingga dapat disaksikan ulang.
Termasuk tingkah laku khatib. Anehnya, khatib itu
tenang saja, tidak memiliki rasa takut sedikitpun,
seperti terlihat dari raut wajahnya. Beliau hanya
memalingkan mukanya sedikit untuk menghindari
seburan debu dari arah ledakan tadi. Setelah
selesai ledakan, khatib melanjutkan khutbah lagi.
Inilah contoh tingkah laku yang qurani, yang
tumbuh dari zikir kepada Allah.
Ada tingkah laku lain. Segera setelah imam
Khomaeni meninggal dunia, Salman Rusdie
ditanyai oleh seorang wartawan surat kabar,
“Apakah rasa takut anda tenang hukuman mati
dari khomaeni ini dilebih-lebihkan orang? “Dia
menjawab, ”ya.” Artinya,ungkapan Salman
Rushdie itu dilebih-lebihkan orang. Ia sebetulnya
tidak takut sama sekali. Tetapi begitu Salman
Rushdie mengucapkan jawaban, ”ya,” di luar
Gedung ada sebuah mobil naik ke trotoar dan
kebetulan knalpotnya meledakkan letupan seperti
tembakan.Waktu itu tubuh Salman Rushdie
menggetar ketakutan. Wartawan yang
menyaksikan itu mengatakan, “Ini menunjukan
seluruh kehidupan Salman rushdie dipenuhi oleh
rasa takut yang berkepanjangan.”
Saya menceritakan dua peristiwa ini untuk
menunjukan tentang adanya dua macam tingkah
laku itu. Yaitu tingkah laku yang dipenuhi oleh
zikir kepada Allah dan tingkah laku yang di
penuhi dengan rasa was-was.
Contoh lain, Abul A’la A-Maududi berkhutbah.
Pada waktu khutbah ada sebuah tembakan
diarahkan ke wajahnya. Semua jamaah tiarap
menghindar dari tembakan itu, tetapi Maududi
tetap di mimbar. Orang menyuruh beliau
bertiarap tetapi Maududi menjawab, “Kalau aku
ikut turun, siapa lagi yang akan berkhutbah di
sini.”
Hati itu adalah ibarat bejana, selama bejana itu
dipenuhi dengan air, maka udara tidak akan bisa
masuk. begitu juga hati yang disibiukan dengan
hal-hal selain Allah, maka tidak akan dapat masuk
kedalam hati tersebut perasaan ma’rifat akan
keagungan Allah ta’la. maka untuk menyibukan
hati tersebut kita perlu memenejnya dengan penuh
ketelitian sehingga sesuatu yang datang dari luar
yang sifatnya akan menghancurkan hati kita akan
tertolak dengan sendirinya.
Apabila syeitan-syeitan itu tidak mengerubungi
hati anak adam, niscaya mereka memandang ke
alam malakut yang ada di langit.
2. Manajemen Qalbu
Manajemen Qalbu berarti memenej Qalbu yang
merupakan tempat bersemayamnya niat, yakni
menentukan apakah perbuatan seseorang
berharga atau sia-sia, mulia atau nista. Niat itu
selamanya diproses oleh akal pikiran agar bisa
direalisasikan dengan efektif dan efisien oleh
jasad kita dalam bentuk perbuatan. Setiap
keinginan, perasaan atau dorongan apapun yang
keluar dari dalam diri akan terasing niatnya
hingga melahirkan suatu kebaikan dan kemuliaan
serta penuh manfaat, dan dapat merespon segala
bentuk aksi, apakah itu perbuatan baik atau buruk
secara proporsional.10
Respon yang terkelola dengan sangat baik akan
membuat reaksi yang dikeluarkan adalah
kemuliaan dan kemanfaatan. Dengan kata lain,
aktivitas lahir dan pikirannya telah tersaing
sedemikian rupa oleh proses manajemen Qalbu.
Maka yang muncul hanyalah sikap yang pemuh
kemuliaan dengan pertimbangan nurani yang
tulus. Intinya orang yang mengamalkan manjemen
Qalbu adalah orang yang sangat peka dalam
mengelola sekecil apapun potensi ataupun
kehadiran menjadi sesuatu yang bernilai kemulian
dan manfaat yang tinggi bagi dirinya maupun
makhluk lainnya.
Pelatihan manajemen Qalbu merupakan pelatihan
yang menanamkan sebuah paradigma baru dalam
mengarungi kehidupan, yaitu dengan upaya
memenej potensi qalbu, di mana peserta akan
lebih memahami dan menghayati arti pentingnya
nilai-nilai yang hakiki yang perlu dipegang dan
diamalkan dalam kehidupana sehari-hari di
rumah, pekerjaan maupun dalam lingkungan
masyarakat. Dan menjadi orang yang sangat peka
dalam mengelola sekecil apapun potensi atau
kejadian-kejadian menjadi sesuatu yang bernilai
kemuliaan dan manfaat yang tinggi bagi dirinya
maupun makhluk lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Temu Kangen Alias Reunian SMA Cimindi

Amalan Anak Kunci Pembuka Khasanah Langit dan Bumi

KEBUN TEH PANGHEOTAN CIKALONG WETAN